
JAKARTA | PROGRESIFMEDIA.ID — Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia (Himpasiling UI) menggelar pertemuan audiensi strategis dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung Cisadane di kantor BBWS, Jakarta, Rabu (2/7).
Pertemuan ini bertujuan memperkuat sinergi multipihak dalam upaya pengendalian pencemaran dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung secara terpadu.
Dalam audiensi tersebut, Himpasiling UI memaparkan hasil kajian situasi terkini mengenai kondisi pencemaran Kali Ciliwung yang saat ini berada dalam kategori cemar berat.
“Berdasarkan data pemantauan hingga Oktober 2024, seluruh titik pantau sungai menunjukkan parameter kualitas air seperti BOD, COD, logam berat, ammonia, dan coliform telah melebihi baku mutu kelas II sesuai PP Nomor 22 Tahun 2021,” kata Aldi, Ketua Himpasiling UI.
Lebih lanjut, Ketua Divisi Advokasi dan Kajian Isu Strategis Himpasiling UI, Anggi Prabawa Pasaribu memaparkan bahwa limbah domestik dan industri skala kecil menengah disebut sebagai kontributor utama pencemaran.

“Berdasarkan hasil kajian yang kami lakukan, pencemaran Kali Ciliwung saat ini didominasi oleh limbah domestik dari kawasan permukiman padat dan limbah industri skala kecil menengah yang belum terkelola dengan baik. Kondisi ini diperburuk oleh minimnya fasilitas Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) domestik dan komunal di wilayah sepanjang bantaran Ciliwung. Jika persoalan ini tidak segera ditangani secara kolaboratif, maka dampak ekologis, kesehatan masyarakat, dan risiko banjir akibat pendangkalan sungai akan terus meningkat,” tambah Anggi.
Ketua Divisi Riset dan Pengembangan Himpasiling UI, Gemilang Mohammad Sakti, menyampaikan bahwa pengelolaan Ciliwung tidak bisa ditangani secara sektoral, melainkan memerlukan pendekatan kolaboratif berbasis data ilmiah dan partisipasi publik yang aktif.
“Kali Ciliwung memiliki fungsi ekologis, sosial, dan ekonomi yang vital bagi kawasan Jakarta, Depok, dan Bogor. Untuk itu, kami mengajak BBWS Ciliwung Cisadane, pemerintah daerah, akademisi, komunitas, serta pelaku usaha untuk bersatu dalam satu gerakan kolaborasi memulihkan Ciliwung, agar tidak terulang tragedi lingkungan seperti Citarum di masa lalu,” tegas Gemilang.
BBWS Ciliwung Cisadane menyambut baik inisiatif tersebut. Plh. Kepala BBWS Ciliwung Cisadane, Ferdinanto, menyatakan bahwa pihaknya terbuka terhadap penguatan jejaring multipihak dalam pengendalian DAS Ciliwung dan siap mendukung sinergi bersama perguruan tinggi dan komunitas lingkungan.
“Kami sangat apresiasi atas inisiatif Himpasiling UI. Kolaborasi seperti ini menjadi kunci untuk memastikan pengelolaan Ciliwung bisa lebih efektif, adaptif, dan berkelanjutan. Kami berharap sinergi ini bisa diwujudkan melalui forum-forum konsultatif bersama, edukasi publik, serta kolaborasi dalam audit lingkungan partisipatif,” ujar Ferdinanto.
Dalam pertemuan tersebut, Himpasiling UI juga menyerahkan policy brief berjudul “Antisipasi Ciliwung Menjadi Citarum Kedua” yang berisi rekomendasi teknis, regulasi, hingga strategi peningkatan partisipasi masyarakat, diantaranya publikasi kualitas air secara berkala pada website dan media sosial BBWS Ciliwung Cisadane.
Audiensi ini diakhiri dengan kesepakatan untuk menjajaki kerjasama yang melibatkan BBWS Ciliwung Cisadane, Himpasiling UI, komunitas lingkungan, dan pemerintah daerah, guna merumuskan langkah konkret penyelamatan DAS Ciliwung ke depan.