
PHNOM PENH | PROGRESIFMEDIA.ID – Korban tewas akibat serangan militer Thailand di area perbatasan Kamboja dilaporkan bertambah menjadi sedikitnya 13 orang. Sebagian besar korban merupakan warga sipil yang terjebak dalam bentrokan berdarah antara militer kedua negara di wilayah yang disengketakan.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Maly Socheata, seperti dilansir AFP dan Khmer Times, Sabtu (26/7/2025), melaporkan bahwa para korban tewas terdiri atas delapan warga sipil dan lima personel Angkatan Bersenjata Kamboja.
“Lebih dari 70 orang lainnya mengalami luka-luka akibat rentetan serangan lintas perbatasan yang dilancarkan militer Thailand sejak bentrokan terbaru pecah pada Kamis (24/7),” ujar Socheata.
Menurutnya, puluhan korban luka tersebut mencakup 21 tentara Kamboja dan setidaknya 50 warga sipil dengan tingkat keparahan bervariasi. Warga sipil itu dilaporkan terjebak serangan artileri yang menargetkan desa Ekphap, Thmar Da Commune, di Distrik Veal Veng.
Socheata menambahkan bahwa sekitar 35.829 warga sipil telah dievakuasi dari area berisiko tinggi di Provinsi Preah Vihear, Oddar Meanchey, dan Pursat.
Kementerian Pertahanan Kamboja menuduh militer Thailand telah melanggar hukum kemanusiaan internasional, termasuk Konvensi Jenewa, dengan melancarkan serangan membabi-buta terhadap warga sipil, mengebom desa, tempat suci, serta diduga menggunakan amunisi cluster.
“Thailand telah mengerahkan lebih banyak pasukan di sepanjang perbatasan untuk menyerang Kamboja tanpa ada tanda-tanda langkah penanggulangan konflik,” tegas Socheata.
“Kementerian Pertahanan Nasional menyerukan kepada masyarakat internasional, termasuk Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, ASEAN, mitra internasional, dan semua pihak terkait, untuk mengeluarkan kecaman keras terhadap agresi dan serangan Thailand terhadap Kamboja,” lanjutnya.
Ketegangan memuncak setelah ledakan ranjau melukai tentara Thailand di perbatasan pada Rabu (23/7). Sehari kemudian, Kamis (24/7), pertempuran sengit terjadi melibatkan serangan roket, jet tempur, artileri, tank, dan pengerahan pasukan darat.
Militer Thailand menyebut pertempuran terkonsentrasi di enam lokasi, termasuk sekitar dua kuil kuno di area perbatasan yang disengketakan.
Pasukan Kamboja dilaporkan menembakkan roket dan peluru artileri ke wilayah Thailand. Sementara itu, militer Thailand mengerahkan jet tempur F-16 untuk menyerang target militer di dalam wilayah Kamboja. Kedua pihak saling menuduh sebagai pihak yang pertama kali melepaskan tembakan.
Bentrokan kembali terjadi pada Jumat (25/7) pukul 04.00 waktu setempat di tiga wilayah perbatasan. Militer Thailand mengklaim bahwa pasukan Kamboja melancarkan pengeboman dengan senjata berat, artileri lapangan, dan sistem roket BM-21. Thailand merespons dengan “tembakan dukungan yang sepadan”.
Kementerian Kesehatan Thailand melaporkan sedikitnya 15 orang tewas akibat serangan-serangan Kamboja, terdiri dari 14 warga sipil dan satu tentara. Sekitar 46 orang lainnya, termasuk 15 tentara, mengalami luka-luka. Lebih dari 138.000 warga juga telah dievakuasi dari area perbatasan Thailand.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand, Nikorndej Balankura, mengatakan kepada AFP bahwa pertempuran mulai mereda pada Jumat (25/7) sore.
“Bangkok terbuka untuk berdialog dengan Kamboja, mungkin dengan bantuan Malaysia yang tahun ini menjabat Ketua ASEAN,” ucap Nikorndej.