
GAZA | PROGRESIFMEDIA.ID – Suasana memilukan kembali menyelimuti Gaza setelah serangan udara Israel sebelum fajar menewaskan sedikitnya 12 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Serangan itu menghantam sebuah sekolah di barat Kota Gaza yang sebelumnya menjadi tempat berlindung warga Palestina yang mengungsi akibat perang yang berkepanjangan, (6/7).
Pantauan di lokasi menunjukkan anak-anak kecil berkeliaran di antara puing-puing bangunan yang hangus terbakar. Pakaian compang-camping tergantung di luar gedung, sementara sisa-sisa kehidupan sehari-hari seperti kaleng makanan, kursi logam, dan potongan kipas angin listrik tampak berserakan di tanah yang juga dipenuhi noda darah.
“Ini bukan kehidupan,” ujar Umm Yassin Abu Awda, seorang warga Gaza yang berdiri di antara pelayat di Rumah Sakit Al-Shifa.
“Anda harus menyerang kami dengan bom nuklir dan mengakhiri semuanya, atau hati nurani orang-orang harus akhirnya terbangun,” lanjutnya dengan suara getir, seperti dilansir AFP dari Gulf News.
Perang antara Israel dan Hamas telah berlangsung hampir 21 bulan dan menyebabkan lebih dari dua juta warga Gaza mengalami kondisi kemanusiaan yang sangat memprihatinkan. Hampir seluruh penduduk telah mengungsi setidaknya satu kali, dan banyak yang memilih mencari perlindungan di gedung-gedung sekolah. Namun, bangunan-bangunan ini berulang kali menjadi sasaran serangan udara Israel, yang mengklaim menargetkan militan Hamas yang bersembunyi di antara warga sipil.
Salah satu serangan terbaru terjadi di Sekolah Mustafa Hafez yang terletak di lingkungan Al-Rimal, Gaza. Menurut Mohammad Al Mughayyir, pejabat dari badan pertahanan sipil Gaza, sebagian besar korban tewas dalam serangan tersebut adalah perempuan dan anak-anak. Ia juga menyebutkan bahwa sejumlah besar korban luka masih dirawat akibat serangan itu.
“Serangan udara Israel di Sekolah Mustafa Hafez telah menewaskan 12 orang, dan sekolah ini adalah tempat penampungan bagi orang-orang terlantar,” ungkap Al Mughayyir.
Militer Israel, saat dihubungi oleh AFP, menyatakan masih melakukan penyelidikan terhadap laporan tersebut. Sementara itu, AFP menyebutkan bahwa pembatasan media dan akses ke sejumlah wilayah di Gaza menyulitkan verifikasi independen terhadap jumlah korban.
Mural berwarna-warni di dinding sekolah yang kini rata dengan tanah menambah kontras yang memilukan, menggambarkan seorang anak laki-laki tersenyum di tengah pohon dan seorang wanita di samping bendera Palestina. Di antara reruntuhan, anak-anak terlihat memanjat furnitur yang terbalik dan memilah-milah puing-puing, sementara sekelompok kecil warga duduk diam di bekas taman bermain sekolah.
Kerumunan pelayat berkumpul di Rumah Sakit Al-Shifa. Tangis dan jerit pilu pecah di ruang jenazah ketika para korban dikenali oleh keluarganya.”Kami tidak punya kehidupan lagi. Biarkan mereka memusnahkan kami sehingga kami akhirnya bisa beristirahat,” ucap seorang perempuan yang kehilangan kerabatnya, tanpa menyebutkan nama.
“Kami tidak punya kehidupan lagi. Biarkan mereka memusnahkan kami sehingga kami akhirnya bisa beristirahat,” ucap seorang perempuan yang kehilangan kerabatnya, tanpa menyebutkan nama.
“Tidak ada yang tersisa untuk kami. Kedua putri saya telah tiada, dan sekarang keponakan saya, bersama dengan enam anaknya dan suaminya, dibakar sampai mati,” tambahnya dengan suara bergetar.
Menurut data terbaru dari Kementerian Kesehatan Gaza yang dikuasai Hamas, setidaknya 57.130 orang telah tewas dalam operasi militer Israel sejak perang dimulai. Sebagian besar korban adalah warga sipil. Angka tersebut dinilai dapat dipercaya oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Perang ini sendiri dipicu oleh serangan kelompok militan Hamas ke wilayah Israel pada 7 Oktober 2023 yang menyebabkan 1.219 orang tewas, juga sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka resmi dari otoritas Israel.
Sumber: AFP via Gulf News