
JAKARTA | PROGRESIFMEDIA.ID —Indonesia dan Vietnam memperkuat kolaborasi strategis di tengah meningkatnya ketidakpastian global yang mengancam stabilitas investasi dan perdagangan kawasan. Kedua negara bahkan kini aktif terlibat dalam diskusi tarif dengan Amerika Serikat (AS) guna melindungi kepentingan ekonomi di tengah disrupsi global yang kian kompleks.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan Vietnam telah memainkan peran penting dalam komunitas ekonomi ASEAN, terutama dalam rencana strategis terbaru dan paling krusial bagi pertumbuhan kawasan yaitu ASEAN Digital Economic Framework Agreement (DEFA).
“Implementasi Vietnam diharapkan akan meningkatkan nilai ekonomi digital ASEAN menjadi 2 triliun Dolar AS pada 2030. Sementara itu Indonesia diperkirakan sekitar 600 miliar Dolar AS. Jadi, saya pikir ini merupakan peluang bagi Indonesia dan juga bagi ASEAN,”kata Airlangga dalam keterangan resmi, Sabtu 2 Agustus 2025.
Di tengah tantangan global, ASEAN disebut terus menunjukkan komitmennya terhadap masa depan yang tangguh dan berkelanjutan melalui kerangka kerja seperti Netralitas Karbon, Ekonomi Biru, dan Ekonomi Sirkular.
Selain itu, penyederhanaan perdagangan melalui ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA) juga menjadi fokus utama guna meminimalisir dampak disrupsi global terhadap arus barang di kawasan.
“Dengan adanya perang dagang global saat ini, saya rasa ASEAN, yang percaya pada kolaborasi multilateral, harus memperkuat ekonomi intra-ASEAN-nya sendiri. Kita memiliki 600 juta penduduk dan ekonomi kita juga lebih dari 3 triliun Dolar. Jadi, saya pikir ini ruang bagi kita untuk saling memperkuat rantai nilai regional, agar lebih tangguh menghadapi hambatan dan ketidakpastian,” tegas Airlangga.
Vietnam sendiri terus menjadi salah satu mitra ekonomi utama Indonesia di ASEAN, terutama dalam sektor investasi. Salah satu wujud konkret adalah komitmen produsen kendaraan listrik asal Vietnam, VinFast, yang berencana menginvestasikan 1,2 miliar Dolar AS untuk menjadikan Indonesia sebagai hub strategis di Asia Tenggara.
Kedua negara juga telah menandatangani Letter of Intent (LoI) untuk mempererat kerja sama di bidang ekonomi digital, peningkatan kapasitas teknis, serta penguatan infrastruktur yang bertujuan mendorong inovasi dan pertumbuhan inklusif.
Lebih jauh, Airlangga menyebut berbagai sektor seperti industri manufaktur, perdagangan, jasa, ketenagalistrikan, perhotelan, hingga sektor perikanan menjadi peluang kolaborasi strategis yang dapat terus dikembangkan bersama oleh Indonesia dan Vietnam.
“Di masa ketidakpastian ini, kita telah menunjukkan persahabatan sejati. Dan saya pikir Vietnam dan Indonesia dapat bekerja sama untuk mengurangi risiko ketidakpastian global,” pungkas Airlangga.
Sumber: RMOL