
Di ujung hari yang tak lagi muda,
seorang perempuan duduk diam di bawah langit jingga
Tangannya kasar, penuh luka lama,
namun lihat, di telapaknya tumbuh bunga,
yang ia rawat dengan bahagia dan air mata
Bunga itu bukan hadiah dari musim,
bukan pula tumbuh karena tanah subur.
Ia hidup karena perempuan itu percaya,
bahwa sesuatu yang indah bisa lahir dari hati yang tidak membenci
Setiap kelopak adalah sisa doa yang tak sempat selesai.
Setiap warna adalah serpihan mimpi yang tak sempat hidup, Tapi ia tetap mekar.
“Tumbuhlah dengan riang batin nak..…”
Sapanya padaku dengan lirih
Senja menyapanya tanpa suara.
Hanya cahaya lembut yang jatuh di wajah lelahnya.
Dan dalam sorot matanya, ada rindu yang belum pulang,
ada perjuangan yang belum usai.
Tapi percayalah aku akan pulang